Pages

Kamis, 28 April 2016

Silatnas ke-4 IASS Aksi Peduli Mengembalikan Jati Diri

Dalam rangka mempererat ukhuwah dan tali silaturahim, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Santri Sidogiri (PP-IASS) kembali menyelenggarakan acara Silaturahim Nasional ke-4 Ikatan Alumni Pondok Pesantren Sidogiri. Acara reuni yang dilaksanakan di Gelanggang Olahraga Sidogiri, Sabtu pagi (27/11) itu mengangkat tema “Aksi Peduli Mengembalikan Jati Diri.”
Wakil Ketua II PP-IASS HM. Mahmud Ali Zain mengatakan, selain silaturahim yang menjadi tujuan utama diselenggarakannya Silatnas ini dimaksudkan agar para alumni tidak lupa akan jati diri kesantrian mereka. Mereka yang sudah lama meninggalkan Sidogiri tetap berkomitmen pada prinsip Salafu­s-Sâleh. Di samping itu pula acara ini sebagai ajang pelepas rindu mereka dengan masyayikh, dan teman-teman seperjuangan.
“Diharapkan dengan adanya kegiatan ini-meski hanya beberapa jam, atau satu hari, kita bisa mengingat-ngingat kembali identitas diri kita sebagai santri,” tuturnya saat memberi sambutan atas nama PP-IASS.
Sambutan KATIB Majelis Keluarga
Setelah sambutan dari Pengurus Pusat IASS, acara diisi dengan mawa’idzul-husnâ. Ceramah agama pertama disampaikan oleh KH. Abdul Qoyyum Mansur, dari Lasem Jawa Tengah. Dalam ceramahnya, beliau mengibaratkan kepribadian mayoritas orang-orang lulusan pesantren tak ubahnya lebah yang dapat memproduksi madu.
Gus Qoyyum—begitu nama akrabnya—kemudian memaparkan pendapat Ahli tafsir kontemporer dari Tunisia bernama Ibnu ‘Ashur. Dalam karyanya, Tafsîr ‘alat-Tahrîr wat-Tanwîr dijelaskan, lebah yang menghasilkan madu itu bukan lebah yang betina, bukan lebah yang jantan, tetapi yang banci.
“Meski banci menurut komunitas manusia adalah sesuatu yang kurang sempurna, tapi di balik kekurangan lebah hermaprodhiti itu bisa menghasilkan madu. Begitu pula dengan santri. Apapun kekurangan yang dimilikinya, misalnya SDM dan ekonomi, di balik kekurangan itu diharapkan memiliki kelebihan yang lain,” ujarnya.
Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. Saifullah Yusuf yang sempat hadir turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Gus Ipul—begitu ia akrab dipanggil—menyampaikan ciri khas alumni Sidogiri. Menurut sepengatahuannyaada 3 karakterteristik yang dimiliki oleh rata-rata alumni Sidogiri. Ia istilahkan SRI. “Alumni santri Sidogiri ini ada hal tiga yang saya catat: SRI, yakni Selalu berbuat baik kepada masyarakat, Rukun meski berbeda, dan Ikhlas dalam beramal. Inilah yang patut dicontoh oleh masyarakat, dan inilah sumber pembangunan bagi bangsa,” terangnya.
Setelah itu, acara kemudian dilanjutkan dengan Taujihât dari Katib Majelis Keluarga PPS, Mas d. Nawawy Sadoellah. Dalam taujihatnya, beliau mengingatkan kepada ribuan alumni akan tanggung jawab yang harus dilakukan di tengah-tengah masyarakatnya. Para alumni dituntut untuk membawa perubahan-perubahan baik. Seperti diketahui, bahwa visi IASS adalah khidmah lil ma’had dan khidmah lil ummat.
“Kita dituntut untuk berkiprah melakukan sesuatu untuk kepentingan agama, dan membawa perubahan baik di tubuh masyarakat ini,” tegasnya.
Untuk mencapai hal tersebut, beliau kemudian menyarankan, kita harus memulainya dari diri kita sendiri. Di tengah-tengah kita ini, terlalu banyak orang yang berpikir keras untuk mengubah dunia dan orang lain, tapi sedikit sekali yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.
Sedang, penceramah ke dua diisi oleh Pro. DR. H. M. Hasan Baharun MA. dari Bandung. Rektor Unas Pasim Bandung ini menyampaikan 3 hal wawasan yang perlu dikembangkan oleh santri dan alumni. Pertama adalah wawasan keagamaan.Dalam hal ini beliau tidak panjang lebar menjelaskannya, karena di Sidogiri adalah gudangnya kitab-kitab kuning, gudangnya pengembangan ilmu-ilmu keislaman.
Kedua: keilmuan. Wawasan keilmuan yang ia maksud adalah menyangkut pada metodologi keilmuan. Kita tidak boleh puas menyerap banyak materi, tetapi kita juga harus bisa mentransfer pengetahuan kepada orang lain secara efektif.“Untuk mencapai keefektifan itu perlu mengembangkan metodologi.”
Ketiga: kebangsaan. Santri dan alumni harus memiliki jiwa kebangsaan dengan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945. Pancasila itu adalah dasar Negara dan ideologi bangsa, bukan ideologi agama. Agama ada di atas ideologi Negara. Bahkan agama memberikan inspirasi pada pancasila. Oleh sebab itu, beliau tegaskan kepada ribuan alumni untuk menjaganya “Jangan sampai dari santri dan alumni yang larut dengan fitnah intuisi-intuisi pancasila dihapus.”
sumber
http://iass.or.id/berita-143-silatnas-ke4-iass-aksi-peduli-mengembalikan-jati-diri.html
galeri foto SILATNAS 4
Sambutan koordinator  IASS Pusat

GALERI FOTO SILATNAS

Pengasuh PPS bersama Wakil Gubernur jatim

Pengurus sekaligus Anggota majelis keluarga PPS

Pengurus sekaligus Anggota majelis keluarga PPS

Pengasuh di tengah tengah peserta Silatnas 4

Majelis Keluarga PPS

tampak Bupati Pasuruan di belakang KH Fuad
peserta Silatnas
Bendahara IASS bersama salah satu Anggota DPRD Jatim

Sekjen IASS bersama gus Anwar Sadat

Pengurus IASS saat itu

serba serbi

Pengasug Rauh di acara

disambut oleh Koordinator IASS

didampingi oleh Gus Ipul

didampingi oleh Gus Ipul


 didampingi oleh Gus Ipul
 salah satu peserta Silatnas berslaman dengan gus ipul


Alm Mas Muhammad, KH Bahruddin, Mas Dwy

Alm Mas Muhammad, KH Bahruddin, Mas Dwy

Alm Mas Muhammad, KH Bahruddin, KH Hasbullah Mun'im, Mas Dwy

 Alm Mas Muhammad, KH Bahruddin, KH Hasbullah Mun'im, Mas Dwy



KH Abdulloh Siradj 

Majelis Keluarga PPS

Bpati Pasuruan gus Irsyad

Putra pengasuh bersama salah satu Peserta

Putra pengasuh bersama salah satu Peserta

Peserta dari Bondowoso dan Bali

 Peserta dari Bondowoso dan Madura
Peserta dari Bondowoso dan Madura dan jember
peserta dari , Pasuruan,madura,jakarta dan Kalimantan

menjadi ajang reonian

salah satu Alumni yang berkarir di TNI AD
peserta dari Bali

peserta dari Bali







2 komentar:

Unknown mengatakan...

Perkuat koordinasi sesama anggotanya

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar