Pages

Kamis, 30 Maret 2017

Taujihat Majelis Keluarga dalam Pertemuan Wali Santri


بسم الله الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى أله وصحبه ومن والاه. أما بعد
Alhamdulillah, sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa kita bisa berkumpul bersama-sama di sini. Sebuah pertemuan yang baik dengan tujuan yang baik pula. Semoga saja, pertemuan ini menjadi salah satu pengantar bagi kita semua agar bisa berkumpul kembali dalam kebahagiaan abadi di hari kebangkitan nanti. Konon, orang-orang yang dalam kehidupan dunia berkumpul untuk kebaikan, maka di akhirat kelak akan berkumpul kembali dalam kebahagiaan.
Merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga kita bisa berkumpul di sini untuk membicarakan hal-hal penting yang bersentuhan langsung dengan pendidikan anak-anak kita di Sidogiri. Semoga pertemuan ini menghasilkan kesepahaman di antara kita bersama, di samping menghasilkan masukan-masukan yang bisa menjadi pertimbangan Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri dalam menetapkan berbagai kebijakan untuk masa-masa yang akan datang. Usulan dari Bapak-Bapak dalam pertemuan ini akan dicatat oleh Pengurus dan akan dimasukkan sebagai salah satu materi usulan di dalam Rapat Pleno Pengurus pada bulan Sya’ban yang akan datang, dan Rapat Tim Perumus yang dilaksanakan selama bulan Ramadan. Sidang Pleno dan Sidang Perumus akan mempertimbangkan usulan Bapak-Bapak untuk dimasukkan ke dalam program Pengurus untuk Periode 1438-1439 H.
Bapak-Bapak Wali Santri yang kami hormati... Kita semua harus selalu mengingat dan menyadari bahwa tujuan kita bersusah payah memondokkan anak kita ke Sidogiri adalah agar dia menjadi orang yang benar akidahnya, baik amaliahnya, serta bersih hatinya. Hal-hal lain di luar itu bukanlah tujuan kita ketika menjadikan Pondok Pesantren Sidogiri sebagai pilihan tempat pendidikan bagi anak-anak kita.
Untuk bisa mencapai semua itu, pintu pertama yang harus dilalui adalah ilmu pengetahuan keagamaan yang bersumber dari para ulama yang bisa dipercaya. Tidak mungkin seseorang bisa benar akidahnya, baik amaliahnya, serta bersih hatinya jika tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Sebab, untuk membedakan mana akidah yang benar dan mana akidah yang batil, sangat diperlukan ilmu. Kita tidak bisa menyatakan bahwa yang ini benar dan yang ini batil dengan tanpa dilandasi oleh ilmu. Begitu pula, untuk membedakan mana amal yang baik, mana amal yang buruk, hal itu harus dilandasi oleh ilmu. Untuk menyatakan bahwa ini wajib, ini sunnah, ini mubah, ini makruh dan ini haram, semua itu ada ilmunya. Bahkan, untuk mengukur apakah perasaan yang ada di dalam hati kita merupakan perasaan yang baik atau perasaan yang buruk, itupun harus dilandasi oleh ilmu.
Jika tidak dilandasi oleh ilmu yang cukup, maka sangat mungkin penilaian itu akan tertukar. Akidah yang benar dianggap sesat, dan yang sesat dianggap benar. Yang haram dianggap wajib, sedangkan yang wajib dianggap haram. Orang sesat dianggap wali, dan yang wali dianggap sesat.
Ini semua terjadi di tengah-tengah kehidupan beragama kita di negeri ini. Masyarakat awam menjadi bingung karena pandangan keagamaan para pemuka agamanya sudah bermacam-macam. Akhirnya, mereka memilih untuk mengamalkan agama sesuai dengan selera. Ajaran agama yang tidak sesuai selera mereka tolak, dan sebagai gantinya mereka menganggap selera mereka sebagai ajaran agama. Mana yang benar dan mana yang salah sudah bercampur baur tidak karuan, karena semua orang bisa bebas berbicara tentang agama melalui publikasi yang sangat mudah seperti saat ini. Ini realitas yang terjadi di tengah-tengah kita.
Maka, melalui pertemuan ini kami hanya ingin mengetuk hati Bapak-Bapak Wali Santri sekalian untuk menyadari betapa gentingnya kondisi akidah saat ini. Kita berada dalam kondisi darurat akidah, darurat syariah, di samping darurat akhlak. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, selama anak-anak kita berada di Pondok Pesantren Sidogiri mari kita kesampingkan dulu keinginan-keinginan yang lain terkait dengan anak-anak kita. Fokuskanlah pada keinginan untuk membentuk mereka menjadi anak-anak yang benar dan baik. Saat kita menginginkan satu hal, maka harus ada keinginan-keinginan lain yang kita tinggalkan.
Jangan terlalu risau dengan masa depan duniawi anak-anak kita, tapi pikirkanlah dengan sungguh-sungguh bagaimana nasib mereka di akhirat nanti. Agar kita berada di jalan yang benar dalam membawa anak-anak kita, maka harus senantiasa kita tekankan dalam hati bahwa Allah telah menjamin rezeki mereka, tapi Allah tidak pernah menjamin surga mereka. Apa yang sudah ditanggung tidak usah terlalu kita risaukan; tapi apa yang tidak ditanggung harus selalu menjadi beban pikirkan. Bukan malah sebaliknya.
Karena itulah, Pondok Pesantren Sidogiri memilih fokus pada tafaqquh fiddin. Sidogiri mengurus ilmu agama, bukan karena ilmu-ilmu yang lain tidak penting, tapi karena ilmu agama harus menjadi landasan pokok seseorang dalam menekuni apapun. Bagi kami tidak ada masalah, anak-anak Sidogiri menjadi apapun, selagi mereka tetap istikamah di jalan yang lurus dalam kehidupan agamanya.
Bapak-Bapak Wali Santri yang kami hormati... Baru-baru ini Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri telah mengeluarkan maklumat menolak masuknya yayasan sosial milik non Muslim ke pesantren-pesantren. Sidogiri juga akan memberikan sanksi jika ada alumni atau instansi binaan Pondok Pesantren Sidogiri yang mendukung calon pemimpin non Muslim di wilayah mayoritas Muslim atau menerima masuknya yayasan sosial milik non Muslim.
Orang-orang di luar mungkin saja menganggap Sidogiri terlalu eksklusif, atau bahkan ekstrem. Mereka lupa bahwa Sidogiri meletakkan akidah di atas segala-galanya. Sidogiri konsisten mengambil langkah tegas terhadap hal-hal yang berpotensi membahayakan akidah umat. Sidogiri telah menerbitkan sekian banyak buku polemik ilmiah mengenai berbagai aliran keagamaan dan aliran pemikiran menyimpang yang ada di tengah-tengah kita saat ini, seperti Syiah, Wahabi, Islam Liberal, Kebatinan dan lain sebagainya.
Kita serius dalam mengambil langkah itu, sebab saat ini sudah banyak orang yang tabu membicarakan akidah. Orang-orang yang membela agama dan tegas dalam masalah akidah dianggap sebagai Islam garis keras dan intoleran, sedangkan orang-orang yang tidak peduli dengan agama dan orang-orang yang mengorbankan agama untuk kepentingan duniawi dianggap sebagai Islam yang ramah dan santun.
Dalam masalah akidah kita harus tegas, sementara dalam masalah hubungan sosial kita harus membinanya sesuai dengan kemaslahatan. Islam mengajarkan kita untuk hidup damai dengan orang yang berbeda agama sekalipun, tapi jangan sampai membenarkan keyakinan mereka. Maka, jangan sampai terjadi mencampur aduk ajaran hanya karena alasan menjaga keharmonisan. Agama kita melarang hal itu.
Damai itu adalah kedewasaan kita dalam menyikapi perbedaan, bagaimana sekiranya realitas perbedaan tidak menimbulkan konflik sosial. Damai itu bukanlah membiarkan hal-hal yang salah, apalagi membenarkannya. Sangat penting bagi kami menegaskan hal ini, karena akhir-akhir ini ada banyak pihak yang melakukan pendangkalan akidah dengan alasan toleransi. Tentu saja, hal itu tidak bisa kita benarkan. Toleransi harus kita jaga, kemajemukan harus kita akui, tapi bukan dengan mengorbankan akidah kita, apalagi sampai membenarkan semua agama.
Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini, maka kita harus membekali anak-anak kita dengan ilmu agama yang mapan agar memiliki pedoman yang kokoh dalam mengukur segala sesuatu. Sehingga, mereka tidak fanatik buta terhadap organisasi dan tokoh, tapi fanatik yang kuat terhadap kebenaran dan kebaikan. Konon, Sayidina Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan, “Jangan mengukur kebenaran dengan orang, tapi ketahuilah terlebih dahulu mengenai apa yang benar, maka engkau akan tahu siapa yang benar.”
Sekali lagi, anak-anak kita harus memiliki bekal yang jauh lebih mapan dari kita, karena mereka akan menghadapi tantangan zaman yang jauh lebih berat daripada zaman kita.
Semoga Allah melindungi kita dan anak-anak kita serta memudahkan jalan mereka dalam memperoleh ilmu yang manfaat, meniru para ulama dalam berlatih menyiapkan diri agar menjadi generasi yang berguna bagi agama dan masyarakat. Semoga mereka bisa meringankan beban kita, atau bahkan bisa membantu kita, kelak di akhirat nanti.
Semoga Allah membuka hati anak-anak kita, sehingga tertanam di dalam hati mereka kecintaan terhadap ilmu dan kemauan untuk mengamalkannya. Semoga Allah menghindarkan anak-anak kita dari berbagai kenakalan remaja yang kini telah begitu biasa. Menghindarkan mereka dari pergaulan bebas, dari makanan dan minuman-minuman terlarang, dan dari lingkungan buruk yang menyeret mereka ke lembah keburukan.
Semoga kita sekalian dianugerahi rezeki yang mudah dan berkah, sehingga rezeki itu membawa kebaikan dan ketenangan hidup bagi kita sekeluarga, serta menjadi rezeki yang memotivasi anak-anak kita untuk bersemangat dalam mencari ilmu. Semoga anak-anak kita menjadi anak saleh yang bisa menjadi buah hati dan buah mata bagi kita di dunia dan akhirat. Semoga keluarga kita dijadikan sebagai keluarga yang tenteram dalam kebaikan dan terang dalam keimanan.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Amin ya Rabbal Alamin.
Pasuruan, 21 Rabiuts Tsani 1438 H
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
d. Nawawy Sadoellah
Katib Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri

HIZIB NASOR LI ABI HASAN ASSADZILI


حزب النصر
الى حضرة النبي صلى الله عليه وسلم ولجميع اخوانه من الأنبياء والمرسلين ثم الآل والأصحاب ورجال الوقت
الشيخ ابي الحسن الشاذلي
الى والدينا ومشايخنا
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهمَّ اِنِّي أَسْئَلُكَ بِلاَ اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ وَأَسْئَلُكَ بِلَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ وَأَسْئَلُكَ بِلَا اِلَهَ اِلَّا انت رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَ الْأَرْضِيِنَ السَّبْعِ وَمَا فِيْهِنَّ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر 3x اَللَّهُمَّ بِسَطْوَةِ جَبَرُوتِ قَهْرِكَ , وَبِسُرْعَةِ إِغَاثَةِ نَصْرِكَ وَبِغَيْرَتِكَ ْلإِنْتِهَاكِ حُرُمَاتِكَ, وَبِحِمَايَتِكَ لِمَنِ احْتَمَى بِآيَتِكَ نَسْأَلُكَ يَااَلله يَاسَمِيْعُ يَاقَرِيْبُ يَامُجِيْبُ يَاسَرِيْعُ يَامُنْتَقِمُ يَاشَدِيْدَا الْبَطْشِ يَاجَبَّارُ يَاقَهَّارُ يَا مَنْ لاَيُعْجِزُهُ قَهْرُ الْجَباَبِرَةِ وَلاَ يَعْظُمُ عَلَيْهِ هَلاَكُ الْمُتَمَرِّدَةِ, مِنَ الْمُلُوْكِ وَاْلاَكَاسِرَةِ وَالْأَعْدَاِء الْفَاجِرَةِ أَسْئَلُكَ  أَنْ تَجْعَلَ كَيْدَ مَنْ كَادَنِىْ فِىْ نَحْرِهِ وَمَكْرَ مَنْ مَكَرَ بِىْ عَائِدًا عَلَيْهِ, وَحُفْرَةَ مَنْ حَفَرَلِىْ وَاقِعًا فِيْهَا, وَ مَنْ نَصَبَ لِىْ شَبَكَةَ الْخِدَاعِ إِجْعَلْهُ يَاسَيِّدِى مُسَاقًا اِلَيْهَا وَمُصَادًا فِيْهاً وَاَسِيْرًا لَدَيْهَا, اَللَّهُمَّ بِحَقِّ: كهيعص إِكْفِنَا هَمَّ اْلعِدَا, وَلَقـِّهِمُ الرَّدَا, وَاجْعَلْهُمْ لِكُلِّ حَبِيْبٍ فِدَا, وَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَاجِلَ النِّقْمَةِ فِى اْليَوْمِ وَالْغَدَا, اَللَّهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُمْ, اَللَّهُمَّ فَرِّقْ جُمُوعَهُمْ وَفَلِّ حَدَّهُمْ وَأَقْلِلْ عَدَدَهُمْ واجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ , اَللَّهُمَّ أَوْصِلِ اْلعَذَابَ إِلَيْهِمْ, اَللَّهُمَّ أَخْرِجْهُمْ عَنْ دَائِرَةِ الْحِلْمِ, وَاسْلُبْهُمْ مَدَدَ اْلاِ مْهَالِ, وَغُلَّ أَيْدِيَهُمْ, وَارْبُطْ عَلىَ قُلُوْبِهِمْ, وَلاَ تُبَلِّغْهُمُ اْلاَمَالُ (اَللَّهُمَّ مَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقْتَهُ مِنْ اَعْدَائِكَ, إِنْتِصَارً , لِاَنْبِيَائِكَ وَرَسُلِكَ وَاَوْلِيَائِكَ 3x) (اَللَّهُمَّ انْتَصِرْ لَناَ انْتِصَارَكَ ِلأَحْباَبِكَ عَلىَ اَعْدَائِكَ3x) (اَللَّهُمَّ لاَ تُمَكِّنِ اْلاَعْدَاءَ فِيْناَ وَلاَ تُسَلِّطْهُمْ عَلَيْناَ بِذُنُوْبِناَ 3x) (حم 7x) حُمَّ ْلأَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرُ فَعَلَيْناَ لاَيُنْصَرُوْنَ حمعسق حِمَايَتُناَ مِمَّا نَخَافُو وَنَخْذَرْ.  اَللَّهُمَّ قِناَشَرَّاْلاَسْوَاءِ وَلاَ تَجْعَلْناَ مَحَلاًّ لِلْبَلْوَى, اَللَّهُمَّ أَعْطِناَ أَمَلَ الرَّجَاءِ وَفَوْقَ اْلأَمَلِ, يَاهُوْ يَاهُوْ يَاهُوْ, يَامَنْ بِفَضْلِهِ لِفَضْلِهِ (نَسْئَلُكَ الْعَجَل العَجَلْ 3x) (إِلَهِى اْلإِجَابَةَ اْلإِجَابَةْ3x)  يَا مَنْ أَجَابَ نُوْحًا فِى قَوْمِهِ, وَ يَا مَنْ نَصَرَ اِبْرَاهِيْمَ عَلىَ اَعْدَائِهِ, وَ يَا مَنْ رَدَّ يُوْسُفَ عَلىَ يَعْقُوْبَ, يَا مَنْ كَشَفَ ضُرَّ أَيُّوْبَ, يَا مَنْ أَجَابَ دَعْوَةَ زَكَرِيَّا, يَا مَنْ قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُوْنُسَ بْنِ مَتَّى, نَسْأَلُكَ بِأَسْرَارِ هَذِهِ الدَّعْوَاتِ, أَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ دَعَوْناَكَ وَ اَنْ تُعْطِيَناَ ما به سَأَلْناَكَ أَنْجِزْلَناَ وَعْدَكَ الَّذِى وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ, لاَ اِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ, إِنْقَطَعَتْ آمَالُناَ وَعِزَّتِكَ اِلاَّمِنْكَ, وَخَابَ رَجَاؤُناَ وَحَقِّكَ اِلاَّفِيْكَ (إِنْ أَبْطَأَتْ غَارَةُ اْلأَرْحَامِ وَابْتَعَدَتْ فَأَقْرَبُ شَيْءٌ  مِنَّا غَارَةُ الله يَاغَارَةُ اللهِ جِدِّى السَّيْرَ مُسْرِعَةً فِى حَلِّ عُقْدَتِناَ يَاغَارَةُ اللهِ 3x) عَدَتِ الْعَادُوْنَ وَجَارُوْا, وَرَجَوْناَ الله مُجِيْرًا, وَكَفَى بِاللهِ وَلِياً, وَكَفَى بِاللهِ نَصِيْرًا, وَ حَسْبُنَاالله وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ , وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِىِّ اْلعَظِيْمِ ( سَلاَمٌ عَلىَ نُوْحٍ فِى اْلعَالَمِيْنَ3x  إِسْتَجِبْ لَناَ (امين 3x فَقُطِعَ دَابِرُ اْلقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا, وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ, وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَسَلَّمَ .

ISTIGOSAH DARI HABIB LUTHFI BIN YAHYA


1.      الفاتحة
2.      الم (١) ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
3.      اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
4.      للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (
5.      آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (٢٨٥) لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ 
6.      لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ يُـحْيِي وَيُـمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ     3x
7.      سُبْحَانَ اللهِ ، وَالْحَمْدُ ِللهِ ، وَ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ  3x
8.      سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِه سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْم 3x
9.      يَاحَىُّ يَا قَـيُّوْمُ بِكَ اَسْتَغِيْثُ
10.  لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَاِلَّابِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
11.  اللّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
12.  اللّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
13.  اللّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
14.  اللّهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
15.  اللّهُمَّ اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
16.  اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ ولِلْمُوءْمنينَ والمُوءْمِناتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
17.  الَلَهّمً بًارك لَنا واياهم فُيِ عٌمًرنا وَفِيْ رزٍقُنا وَفِيْ اولادناوفي تجارتنا وَفِيْ مَعِيْشَتِنَا وَفِيْ  مَزْرَعَتِنَا وَحِصَادِنَا
18.  اللهم سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُوءْمنينَ والمُوءْمِناتِ مِنْ كُلِّ فِتْنَةٍ وَمَكْرٍ فِي اَيِّ جِهَّةٍ  مِنْ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةٌ وَاَهْلَهَا وَمَنْ فِيْهَا اَيْنَ مَا كَانُوا مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا مِنْ يَـمِيْنِهَا اِلىَ شِمَالِـهَا وَنَـجِّنَا وَاِيَّاهُمْ مِنْ شَرِّالـْحَيَاةِ وَشَرِّالْوَفَاةِ يَا وَلِيَّ الْحَسَنَاتِ وَيَا قَاضِيَي الْحَاجَاتِ   
19.  اَللَّهُمَّ لَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ * يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
20.  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِي اَدْرِكْنِي
21.  ياَ لَطِيْفْ
22.  يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَاوَكِيـْلُ يَا الله
23.  يَا هَادِيُّ يَاعَالِيْمُ يَا خَبِيْرُ يَا مُبِيْنُ
24.  أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِمِنْ شَرِّ ما خَلَقْ
25.  بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
26.  اللَّهُمَّ يَا لَطِيفًا بِخَلْقِهِ ، يَا عَلِيمًا بِخَلْقِهِ ، يَا خَبِيرًا بِخَلْقِهِ ، الْطُفْ بِنَا يالطيف ياعاليم يا خبير
27.  يَـا لَطِيْـفًا لَمْ يَزَلْ أُلْطُـفْ بِـنَا فِيْـمَا نَزَلْ إِنَّـكَ لَطِيْـفٌ لَمْ تَـزَلْ أُلْطُـفْ بِـنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ
28.  يَا مُهَيْمِنُ يَا سَلَامْ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ بِاالنَّبِى خَيْرِ الْاَنَامِ وَبِأُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ
29.  يَا أَمَانَ الْخَائِـفِيْنَ.. آمِنَّا مِمَّا نَخَافْ يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ.. سَلِّمْنَا مِمَّا نَخَافْ يَا أَمَانَ الْخَائِـفِيْنَ.. نَجِّنَا مِمَّا نَخَافْ
30.  دعاء














Rabu, 29 Maret 2017

CINTA PUDAR, ISTRI MINTA CERAI

Deskripsi Masalah

Gimin adalah pemuda yang paling bahagia di desa Bungkal. Bagaimana tidak? Dengan tampang pas-pasan dia berhasil mempersunting Juminten, bunga desa Bungkal. Oleh karena itu, dia bertekad untuk membahagiakan istri tercinta. Demi meraih impian untuk hidup lebih baik, Gimin membulatkan tekad untuk mengadu nasib ke Taiwan.
Setiap bulan, Gimin tak lupa untuk mengirimkan uang 5 juta rupiah kepada istri tercintanya. Namun setelah 4 tahun berpisah, rasa cinta di hati Juminten lama-lama mulai pudar. Apalagi setelah Juminten bertemu dengan Karyo, cinta pertamanya saat SMP dulu. Karyo yang dulu masih ingusan sekarang sudah berubah menjadi laki-laki tampan yang berkehidupan mapan. Dan cinta lama pun bersemi kembali di antara mereka. Tragisnya, konrak kerja Gimin yang semula hanya 4 tahun diperpanjang menjadi 8 tahun.
Akhirnya Juminten memutuskan untuk menggugat cerai suaminya di pengadilan atas dasar telah pudarnya rasa cintanya kepada Gimin. Dan pengadilan pun mengabulkan gugatan Juminten. Setelah proses perceraiannya selesai, Juminten menikah lagi dengan Karyo dan hidup bahagia bersamanya.
Pertanyaan
  1. Apakah langkah pengadilan yang mengabulkan gugatan cerai Juminten atas dasar pudarnya rasa cinta tersebut dapat dibenarkan?
  2. Bolehkah seorang istri menggugat cerai hanya berdasarkan cinta yang telah hilang kepada suaminya dalam perspektif fikih?
Jawaban
  1. Langkah pengadilan yang mengabulkan gugatan cerai Juminten atas dasar semata-mata pudarnya rasa cinta tidak dibenarkan. Kecuali kalau langkah pengabulan gugatan cerai tersebut atas dasar pertimbangan Juminten telah ditinggal lama oleh suaminya. Menurut mazhab Maliki dan Hanbali, langkah tersebut dapat dibenarkan. Langkah pengabulan gugatan cerai tersebut itu pun harus sudah sesuai dengan prosedur yang ada, semisal suami disurati/ditelpon untuk kembali.
  2. Tidak boleh, kecuali kalau pernikahan tersebut tetap dipertahankan justru akan mengakibatkan mafsadah menurut pandangan syara’, yaitu terjadinya perzinahan.
Rujukan              
فَلَا شَكَّ أَنَّ الْإِسْلَامَ جَعَلَ الطَّلَاقَ حِلًّا إِيْجَابِيًّا لِفَضِّ النَّزَّاعَاتِ الزَّوْجَةِ النَّاشِئَةِ عَنْ عَدَمِ ائْتِلَافِ الطَّبَاعِ وَالْأَخْلَاقِ، وَلَكِنْ لَمْ يَجْعَلْ هَذَا الْحِلُّ دُوْنَ قَيْدٍ أَوْ شَرْطٍ، بَلْ جَعَلَ لَهُ حُدُوْداً وَقَوَانِيْناً تُنَظِّمُهُ بِمَا تَقْتَضِيْهِ الْمَصْلَحَةُ الْأُسْريَّةُ.وَمِنْ هَذِهِ الْقَوَانِيِنَ: النَّهْيُ عَنْ طَلَبِ الْمَرْأَةِ الطَّلَاقَ مِنْ زَوْجِهَا فِي غَيْرِ مَا بَأْسَ. فَلَا شَكَّ أَنَّ الْإِسْلَامَ قَدْ جَعَلَ الطَّلَاقَ خُلِقَتْ الْمَرْأَةُ عَلَيْهَا مِنْ حَيْثُ غَلَبَةِ الْعَاطِفَةِ، وَلَيِّنِ الْجَانِبِ، وَالتَّسَرُّعِ، رُبَّمَا تَجْعَلُهَا غَيْرَ حَكِيْمَةٍ إِذَا أَقْدَمَتْ عَلىَ طَلَبِ الطَّلَاقِ لِمُجَرَّدِ مُشْكِلَةٍ عَابِرَةٍ، أَوْ مُشَادَّةٍ كَلَامِيَّةٍ بَيْنَهَا وَبيْنَ زَوْجِهَا، خُصُوْصاً إِذَا كَانَ لَهَا أَبْنَاءٌ.فَهِيَ بِذَلِكَ تَحْطُمُ رِبَاطَ الزَّوْجِيَّةِ –الى ان قال– وَمِنْ أَجْلِ هَذَا كُلِّهِ فَقَدْ زَجَرَ النَّبِيُّ e النِّسَاءَ عَنْ طَلَبِ الطَّلاَقِ مِنْ أَزْوَاجِهِنَّ فِي غَيْرِ مَا بَأْسَ مِنْهُمْ. فَقَالَ e )أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلَاقاً فِي غَيْرِ مَا بَأْسَ، فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ( وَلَا شَكَّ أَنَّ هَذَا الْحَدِيثَ الشَّرِيْفَ يَدُلُّ عَلىَ حُرْمَةِ طَلَبِ الْمَرْأَةِ الطَّلَاقَ مِنْ زَوْجِهَا فِي غَيْرِ مَا بَأْسَ مِنْهُ، وَلَكِنْ إِذَا تَرَجَّحَتْ فِي ذَلِكَ مَصْلَحَةٌ شَرْعِيَّةٌ، أَوْ إِذَا تَرَجَّحَتْ فِي اسْتِمْرَارِ الزَّوَاجِ مَفْسَدَةٌ شَرْعِيَّةٌ، جَازَ لَهَا أَنْ تَطْلُبَ الطَّلاَقَ. (الآداب الشرعية في المعاشرة الزوجية،  1/10)
الْمَبْحَثُ الْخَامِسُ التَّفْرِيْقُ لِلْغَيْبَةِ: أَوَّلاً آرَاءُ الْفُقَهَاءِ: لِلْفُقَهَاءِ رَأْيَانِ فِي التَّفْرِيْقِ بَيْنَ الزَّوْجَيْنِ إِذَا غَابَ الزَّوْجُ عَنْ زَوْجَتِهِ، وَتَضَرَّرَتْ مِنْ غَيْبَتِهِ، وَخَشِيَتْ عَلَى نَفْسِهَا الْفِتْنَةَ: قَالَ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ 1) لَيْسَ للِزَّوْجَةِ الْحَقُّ فِي طَلَبِ التَّفْرِيْقِ بِسَبَبِ غَيْبَةِ الزَّوْجِ عَنْهَا، وَإِنْ طَالَتْ غَيْبَتُهُ، لِعَدَمِ قِيَامِ الدَّلِيْلِ الشَّرْعِيِّ عَلَى حَقِّ التَّفْرِيْقِ، وَلِأَنَّ سَبَبَ التَّفْرِيْقِ لَمْ يَتَحَقَّقْ. فَإِنْ كَانَ مَوْضِعُهُ مَعْلَُوماً بَعَثَ الْحَاكِمُ لِحَاكِمِ بَلَدِهِ، فَيُلْزَمُ بِدَفْعِ النَّفَقَةِ. وَرَأَى الْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ 2) جَوَازَ التَّفْرِيْقَ للِْغَيْبَةِ إِذَا طَالَتْ، وَتَضَرَّرَتْ الزَّوْجَةُ بِهَا، وَلَوْ تَرَكَ لَهَا الزَّوْجُ مَالاً تُنْفَقُ مِنْهُ أَثْنَاءَ الْغِيَابِ؛ لأَِنَّ الزَّوْجَةَ تَتَضَرَّرُ مِنَ الْغَيْبَةِ ضَرَراً بَالِغاً، وَالضَّرَرُ يُدْفَعُ بِقَدْرِ الْإِمْكَانِ، لِقَوْلِهِ e )لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ( وَلِأَنَّ عُمَر t كَتَبَ فِي رِجَالٍ غَابُوا عَنْ نِسَائِهِمْ، فَأَمَرَهُمْ أَنْ يُنْفِقُوا أَوْ يُطَلِّقُوا. لَكِنْ اخْتَلَفَ هَؤُلَاءِ فِي نَوْعِ الْغَيْبَةِ وَمَدَّتِهَا وَفِي التَّفْرِيْقِ حَالاً، وَفِي نَوْعِ الْفُرْقَةِ: فَفِي رَأْيِ الْمَالِكِيَّةِ: لَا فَرْقَ فِي نَوْعِ الْغَيْبَةِ بَيْنَ أَنْ تَكُوْنَ بِعُذْرٍ كَطَلَبِ الْعِلْمِ وَالتِّجَارَةِ أَمْ بِغَيْرِ عُذْرٍ. وَجَعَلُوا حَدَّ الْغَيْبَةِ الطَّوِيْلَةِ سَنَةً فَأَكْثَرَ عَلىَ الْمُعْتَمَدِ، وَفِيْ قَولٍ: ثَلَاُث سَنَوَاتٍ. وُيفَرِّقُ الْقَاضِي فِيْ الْحَالِ بِمُجَرَّدِ طَلَبِ الزَّوْجَةِ إِنْ كَانَ مَكَانُ الزَّوْجِ مَجْهُولاً، وَيَنْذُرُهُ إِمَّا بِالْحُضُوْرِ أَوْ الطَّلَاقِ أَوْ إِرْسَالِ النَّفَقَةِ، وَيُحَدِّدُ لَهُ مُدَّةً بِحَسَبِ مَا يَرَى إِنْ كَانَ مَكَانُ الزَّوْجِ مِعْلُوْماً. وَيَكْوْنَ الطَّلَاقُ بَائِناً؛ لِأَنَّ كُلَّ فِرْقَةٍِ يُوْقِعُهَا الْقَاضِي] تكَوُنُ طَلَاقاً بَائِناً إِلَّا الْفُرْقُةُ بِسَبَبِ الْإِيْلَاءِ وَعَدَمِ الْإِنْفَاقِ. وَفِي رَأْيِ الْحَنَابِلَة: تَجُوْزُ الْفُرْقَةُ لِلْغَيْبَةِ إِلَّاإِذَا كَانَتْ لِعُذْرٍ، وَحَدُّ الْغَيْبَةِ سِتَّةُ أَشْهُرٍ فَأَكْثَرَ، عَمَلاً بتِوَقْيِتِ عُمَر t لِلنَّاسِ فِي مَغَازِيْهِمْ، وَيُفَرِّقُ الْقَاضِي فِي الْحَالِ مَتَى أَثْبَتَتْ الزَّوْجَةُ مَا تَدَّعِيْهِ. وَالْفُرْقَةُ تَكُوْنُ فَسْخاً لَا طَلَاقاً، فَلاَ تَنْقُصُ عَدَدُ الطَّلْقَاتِ؛ لِأَنَّهَا فُرْقَةٌ مِنْ جِهَّةِ الزَّوْجَةِ، وَالْفُرْقَةُ مِنْ جِهَّةِ الزَّوْجَةِ تَكُوْنُ عِنْدَهُمْ فَسْخاً. وَلَا تَكُوْنُ هَذِهِ الْفُرْقَةُ إِلَّا بِحُكْمِ الْقًَاضِي، وَلَا يَجُوْزُ لَهُ التَّفْرِيْقُ إِلَّا بِطَلَبِ الْمَرْأَةِ؛ لِأَنَّهُ لِحَقِّهَا، فَلَمْ يَجُزْ مِنْ غَيْرِ طَلَبِهَا كَالْفَسْخِ لِلَعْنَةٍ. (الفقه الإسلامي وأدلته، 9/500)
(وَإِنْ سَافَرَ) الزَّوْجُ (فَوْقَ نِصْفِ سَنَةٍ فِي غَيْرِ حَجٍّ أَوْ غَزْوٍ وَاجِبَيْنِ، أَوْ فِي غَيْرِ طَلَبِ رِزْقٍ يَحْتَاجُ إلَيْهِ، فَطَلَبَتْ) زَوْجَتُهُ (قُدُومَهُ، وَرَاسَلَهُ الْحَاكِمُ؛ لَزِمَهُ) الْقُدُومُ نَصًّا (فَإِنْ أَبَى) الزَّوْجُ شَيْئًا مِنْ مَبِيتِ لَيْلَةٍ مِنْ أَرْبَعٍ عِنْدَ الْحُرَّةِ أَوْ لَيْلَةٍ مِنْ سَبْعٍ عِنْدَ الْأَمَةِ؛ فُرِّقَ بَيْنَهُمَا (أَوْ) أَبَى عَنْ (وَطْءِ) زَوْجَتِهِ بَعْدَ انْقِضَاءِ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ؛ فُرِّقَ بَيْنَهُمَا (أَوْ) أَبَى مُسَافِرٌ مِنْ (قُدُومٍ) بِلَا عُذْرٍ لِأَحَدِهِمَا فِي الْجَمِيعِ (فَرَّقَ) الْحَاكِمُ (بَيْنَهُمَا بِطَلَبِهَا، وَلَوْ قَبْلَ دُخُولٍ) نَصًّا قَالَ فِي الْإِنْصَافِ قُلْتُ: وَهُوَ الصَّوَابُ (قِيلَ لِأَحْمَدَ فِي رَجُلٍ تَزَوَّجَ امْرَأَةً) وَلَمْ يَدْخُلْ بِهَا (يَقُولُ غَدًا أَدْخُلُ بِهَا غَدًا أَدْخُلُ بِهَا إلَى شَهْرٍ هَلْ يُجْبَرُ عَلَى الدُّخُولِ؟ قَالَ: أَذْهَبُ إلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ إنْ دَخَلَ بِهَا، وَإِلَّا فُرِّقَ بَيْنَهُمَا) فَجَعَلَهُ كَالْمَوْلَى، وَفِي جَمِيعِ ذَلِكَ لَا يَجُوزُ الْفَسْخُ إلَّا بِحُكْمِ حَاكِمٍ؛ لِأَنَّهُ مُخْتَلَفٌ فِيهِ، وَسُئِلَ أَحْمَدُ يُؤْمَرُ الرَّجُلُ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، وَلَيْسَ لَهُ شَهْوَةٌ. قالَ: إي وَاَللَّهِ يَحْتَسِبُ الْوَلَدَ، فَإِنْ لَمْ يُرِدْ الْوَلَدَ، قَالَ: هَذِهِ امْرَأَةٌ شَابَّةٌ لِمَا لَا يُؤْمَرُ وَهَذَا صَحِيحٌ فَإِنَّ أَبَا ذَرٍّ رَوَى أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ e قَالَ )مُبَاضَعَةُ أَهْلِكَ صَدَقَةٌ( قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنُصِيبُ شَهْوَتَنَا وَنُؤْجَرُ؟ قَالَ )أَرَأَيْتَ لَوْ وَضَعَهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ مَا كَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟( قُلْتُ: بَلَى، قَالَ )أَفَتَحْسِبُونِ بِالسَّيِّئَةِ، وَلَا تَحْسِبُونَ بِالْخَيْرِ( وَلِأَنَّهُ وَسِيلَةٌ إلَى الْوَلَدِ وَإِعْفَافِ نَفْسِهِ وَامْرَأَتِهِ وَغَضِّ بَصَرِهِ. (مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى، 15/390)
sumber : https://sidogiri.net/2017/03/20/cinta-pudar-istri-minta-cerai/

Selasa, 21 Maret 2017

GALERI SILATNAS KE 5 PONDOK PESANTREN SIDOGIRI